Kesaksian singkat I


Begantung pada kasih-Nya

Senna Simbolon


        Beberapa bulan lalu, aku merasa bahwa semua hidup berjalan dengan sangat baik. Aku terus melangkah dengan sukacita yang luar biasa. Meski aku menutupi banyak hal tentang kebaikan yang kuterima, tetap saja informasi baik merembes entah dari mana. Mereka tersenyum bangga, sekaligus memandang iri pada sosok diriku. Berhasil menerbitkan novel cetak pertama, berhasil lulus tepat waktu meski sedang Corona, berhasil mendapat pekerjaan meski tanpa ijazah dan surat lamaran; hal ini cukup membuatku merasa telah mewujudkan mimpi jadi nyata. Semua kudapat dalam satu waktu.

            Aku kurang menyukai pekerjaan yang Tuhan berikan, tapi aku bersyukur dengan semua pengalaman, maka dengan sukacita tetap kukerjakan. Di tengah sibuknya rutinitas harian, aku masih harus menyelesaikan naskah untuk diikutkan perlombaan. Aku mengejar semua dengan mengerahkan tenaga ekstra, belum lagi melawan rasa lelah ketika baru sampai di rumah bukanlah perkara mudah. Sebelum tertidur mata tertuju pada Alkitabku yang sudah lusuh, sayang sekali aku mulai mengabaikannya belakangan. Aku bekerja mati-matian hingga larut malam, tapi waktu untuk Tuhan tidak kusediakan.

            Pikirku, Tuhan akan mengerti posisi mimpi yang sedang ingin diraih. Janji demi janji kuungkapkan pada Dia yang telah menuntun sampai titik ini.

            “Tuhan Yesus, setelah nanti tulisanku selesai, setelah nanti aku udah mampu beradaptasi dengan kerjaanku yang ribet ini, aku janji akan kembali luangin waktu untuk Tuhan, aku janji akan mengerjakan semua disiplin rohaniku dengan baik. Aku akan menikmati lagi waktu mengobrol panjang dengan Tuhan,” kataku setiap kali melewatkan kebersamaan dengan Dia.

            Hingga suatu pagi aku mendapat pesan dan panggilan. “Maaf, sepertinya Abang harus memberhentikan kamu, ini bukan salahmu, hanya saja………….”

            Aku menitikkan air mata dan tetap mendengar dengan baik semua alasan yang diberikan. Semua rasa bersalah tertuju pada kedua orang tauku yang telah berusaha memberikan segalanya. Semua hal yang mendukung pekerjaanku, termasuk sebuah sepeda motor. Aku tak yakin mereka akan berkata ‘tidak apa-apa’. Hampir sebulan aku menyembunyikan berita pemecatan itu, hingga uang yang menipis memaksaku memberanikan diri.

            “Tak apa-apa nakku, ini untuk mendewasakanmu. Jangan diam-diam gini lagi, biar ada guna kami sebagai orang tua untukmu! Jangan nangis, nggak ada anak Tuhan cengeng-cengeng! Nanti kalau uangmu habis bilang ya,” sambut Ayahku dengan penghiburan dan aku malah terisak tak berkesudahan.

            Naskah yang berniat kuikutkan lomba akhirnya selesai di detik-detik terakhir. Aku tersenyum membaca tulisan ‘YESUS’ di dinding kamar. Surat lamaran juga sudah kukirimkan pada berbagai perusahaan yang membuka lowongan, saking banyaknya aku tak lagi ingat nama-nama perusahaannya. Aku tidak memilih-milih pekerjaan, asal aku yakin mampu bekerja dan sesuai kualifikasi, tapi tetap saja mendapat pekerjaan di kota Medan bukanlah sesuatu yang mudah. Ada beberapa yang memanggilku interview, tapi setelahnya tak ada lagi informasi lanjutan.

            Biarpun begitu, aku tiba-tiba merasa sangat bersyukur pada Tuhan. Kalau bukan karena seijin-Nya aku diberhentikan, mungkin naskahku tak selesai untuk dilombakan; kalau bukan karena Dia yang melembutkan hati kedua orang tuaku, mungkin aku sudah terkena ocehan. Semua berbalik dari apa yang kutangiskan. Aku membuka Alkitabku, mulai mendisiplinkan diri dengan semua jadwal pribadi dengan Tuhan. Saat teduh mulai terasa menyenangkan, penyembahan yang kumulai serasa tak ingin dihentikan, aku berbicara dengan sangat gamblang dengan Tuhan. Aku menikmati-Nya. Suasana yang sudah lama kutinggalkan, rasanya seperti menemukan kembali napas kehidupan.

            Satu buah panggilan menyuruhku untuk datang interview dan aku terpukau dengan seorang Direktur yang turun tangan langsung menanyaiku, tutur kata yang sangat lembut, sikap yang ramah dan bijaksana membuatku habis kata.

            “Dulu juga saya memiliki karyawan keuangan yang tidak mudah dalam menempuh pendidikan. Orangnya pekerja keras, tapi sekarang dia sudah bekerja di perusahaan yang lebih besar. Kami masih sering bertukar kabar. Oh ya, di sini kita tidak pandang agama, semua bagi saya sama. Seminggu lagi, HRD saya akan menghubungi kandidat terpilih. Kalau pun nanti kamu yang terpilih, semoga tempat ini adalah tempat terbaikmu, jikalau pun tidak, percaya Tuhan sudah siapkan tempat terbaikmu. Semangat terus!” Direktur itu membuat mata saya berkaca.

            Kalimatnya mengingatkanku pada sosok Kristus yang selalu berusaha ada meski saya berusaha menjauh. Rasa bersalahku semakin besar, selama ini ada Ia yang kuabaikan. Tuhan memberi semua hal baik yang belum tentu orang lain dapatkan, namun berkatNya kugunakan sebagai alasan untuk tidak saling bermesraan. Betapa berdosanya aku pada Bapa. Aku pulang dan memohon ampun dengan sungguh. Renungan pagi kubaca untuk mengisi hari dan seolah Tuhan berbicara langsung dengan sebuat ayat:

Yohanes 16:24, “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

            “Tuhan, Engkau benar, setelah semua yang kudapat dari-Mu, aku mulai mengandalkan diri sendiri. Aku tak lagi merasa perlu campur tangan-Mu. Sekarang aku memohon dan meminta, bantu aku memulihkan hidupku, bantu pulihkan hubungan kita yang sempat menjauh,” ucapku dengan tangisan.

            Aku satu-satunya yang beragama Kristen saat interview, aku tidak mengerti apakah kalimat Direktur itu tanda penolakan atau penerimaan. Sampai saat ini aku masih menantikan jawaban. Namun, kali ini aku menunggu dengan keihklasan, aku menunggu dengan penuh penyerahan. Apapun yang Tuhan pilihkan, pasti ada maksud baik di dalamnya.

 ~Tuhan sanggup memberimu semua dalam satu waktu yang sama, Ia pun sanggup mengambilnya kembali dalam sekejap mata. Maka, tetap bergantunglah pada kasih-Nya agar hidupmu tidak sengsara.~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Natal Berantai judul "Indahnya Natal di Hatiku"

Putih yang menyamar hitam-Chapter1

KehendakMu Baik-Evi Zai (Lirik lagu + motivasi rohani)