Putih yang menyamar Hitam-Chapter 8
Abangda
Depo
~Rindu
dan cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga
tidak berpamitan saat akan pergi. Jadi,
kuperingatkan untuk hati-hati!~
***
Rindu dan
cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga tidak berpamitan
saat akan pergi dan aku harus lebih hati-hati. Meski sudah mewaspadai, rindu itu membawaku dalam sengsara. Subuh ini pengusik itu datang lagi, aku menangis tanpa dalih. Pernah beberapa tanya muncul
dalam pikiran. Mengapa ia selalu kembali? Sesak yang terasa semakin menjadi. Tidak bisa
dikatakan semua akan baik-baik saja. Awal yang tidak tahu kapan berakhir, memang lebih menyedihkan
dibanding kekosongan.
***
“Pagi-pagi mata udah sembab aja, habis
patah hati ya? Dasar betina,” kicaunya saat berdiri di depan kelasku.
“Sorry, haram bagi
jomlo untuk patah hati!” celotehku dengan nyaman, seolah
kesendirian ini patut mendapat tepuk tangan.
“Jomlo juga bisa patah hati, apalagi
kalau yang disukai sudah punya kekasih.” Spontan aku menggigit bibir bawah yang tidak
kenapa-napa. Aku jadi teringat dengan Raka. Senior ini memiliki penerawangan
yang kuat, tapi aku tidak jatuh hati pada dia yang sudah kusebut sahabat. “Temui aku setelah pulang
kuliah, aku mau menikmati waktu denganmu lebih lama,” lanjutnya sembari mengakhiri
percakapan di pagi hari.
Ia berlalu laksana debu yang tertiup
angin. Ada sesuatu yang melompat-lompat ketika aku mendengar
ucapnya.
Orang-orang sering menyebut ini rasa gembira. Tak penting apa itu, yang pasti
bagiku sangat menyenangkan.
Janji
temu dengan senior tengil itu membuatku tidak lagi ingin menghindar.
*
Semua mahasiswa baru memang selalu
bersikap payah. Itulah yang selalu senior katakan. Alasan mereka berucap demikian, hanya karena mahasiswa baru
selalu kupu-kupu, alias kuliah pulang-kuliah pulang. Proses ini akan terjadi
kurang lebih satu semester, walaupun ada beberapa yang akan tetap kukuh dengan
pendiriannya sampai wisuda menghampiri.
Kini tinggal aku mahasiswa baru yang
masih berada di lorong kelas. Sedikit merasa asing karena di sekelilingku hanya
ada para senior. Mereka tidak mengusik sedikit pun, tapi aku merasa
semua melirik ke arahku; seolah aku sedang tertuduh.
“Mana teman satu stambukmu?” sapa Bang
Depo, sebagai sosok yang sedari tadi kucari.
“Lah, tadi katanya denganku, bukan
dengan teman satu stambukku! Masa iya aku salah dengar?” Rasa percaya diri yang tadi timbul
segera hilang ditelan kalap.
“Susah memang ngomong sama betina goblok. Sekarang temani aku sampai jam enam
sore,” pintahnya
seolah memberi ganjaran, tapi aku yakin ini hanya akal-akalan.
“Nggak
mau!! Nesta mau pulang, kurang kerjaan banget nemani
Abang! Jangan buat lagi bantuan kemarin sebagai alasan! Karena kalau gitu,
aku nyesal udah dibantuin,” repetku tidak peduli dengan segala konsekuensi.
“Dasar junior durhaka, tidak tahu
terima kasih!” lirihnya
tanpa melihatku sama sekali. Hela napas pun harus terjadi.
Aku sangat tidak suka ketika
dikatakan tidak tahu terima kasih. Dengan berat hati perempuan
ini memulai perjuangan untuk mengikuti kemauannya. Lelaki yang berada di sampingku itu hanya diam
tanpa angkat bicara. Sepasang earphone
putih terpasang pada kedua telinganya, tatapan hanya kosong ke depan. Manik liarku mulai memandangi wajah
tampan. Sebuah simpul senyum mulai terbentuk. Saat kesadaran pulih kembali, aku masih tersenyum menatap
tingkah laku sederhananya.
“Ngapain kau senyum-senyum? Mau disuruh
nemanin aku seumur hidup!?” komentarnya seraya membuatku ketakutan.
“Enggak, perasaan banget deh!” Coba
kusembunyikan apa yang kunikmati barusan.
Earphone kembali terpasang, tatapannya mulai asyik lagi dengan lamunan. Aku
tidak mau berdebat lebih panjang. Biarkan saja semua diam dengan
angan masing-masing.
Ketika sudah saatnya, waktu akan bertindak untuk memecahkan keheningan.
Ada sebuah rindu baru yang tahu
tujuannya, yaitu Raka. Semenjak dunia kampus menyita waktuku, bertemu dengan Raka menjadi
sangat jarang. Mungkin hanya tinggal sekali seminggu. Aku harus
mulai terbiasa dengan rindu yang dari dulu tak pernah muncul.
***
Apa yang harus kulakukan ketika
berada dalam keadaan menyulitkan ini? Ke mana kaki harus melangkah? Mulut
tidak ingin bertanya, ia memilih tertutup rapat. Mata mulai memandangi
sekeliling dan semua terasa sangat asing.
Hari ini aku tersesat saat pulang dari
kampus. Terasa konyol memang, tersesat setelah hampir sebulan jadi mahasiswa. Di mana ingatanku? Apakah aku
salah menaiki angkot? Hanya satu pilihan yang harus diputuskan, meminta bantuan
pada Bang Depo.
Sulit menjelaskan posisiku padanya. Bibir tetap bungkam tak ingin bertanya pada
orang yang tidak dikenal.
“Kau memang betina goblok. Sudah sebulan kuliah tersesatnya baru
sekarang!?” Amarahnya
meledak dan membuatku jadi segan untuk bergerak.
“Aku sulit menghapal rute jalan,” ungkapku
penuh kejujuran.
“Kau nggak harus hapal rutenya. Cukup hapal nomor angkot dan tempat
berhentinya. Lagian kau ‘kan sudah dewasa, kalau tersesat bisa tanya sama orang di
sekitar. Kalau tidak ada GPS di ponsel, mungkin riwayatmu
akan tamat karena aku enggak akan bisa nemuin posisimu. Kau seharusnya dimuseumkan, semua
orang perlu melihat betina langka sepertimu.” Bang Depo masih berkutat dengan
omelannya yang tidak jelas.
“Makasih Abangda,” balasku
pasrah. Ia pun berhenti mengomel dan hanya menarik napas panjang.
Aku memutuskan meminta bantuannya
karena Raka pasti masih bekerja. Walau harus mendapat omelan yang menyakitkan,
setidaknya tersesat ini sudah kelar. Selama perjalanan mengantarku pulang, kami berdua hening. Hanya suara sepeda motor halus yang bisa terdengar. Tidak terlalu
banyak kendaraan yang lalu lalang. Ini sudah sangat larut malam. Bahkan Bibi sudah menelepon berulang-ulang, tapi tidak kuhiraukan. Cukup sebuah pesan yang
kulayangkan untuk mengurangi kekhawatiran.
Kasian kali si Lia... :(
BalasHapusTapi aku suka dengan tokoh Siska, lucu dan terkadang menjengkelkkan. Tapi selalu berharap kalau Siska selalu muncul dari setiap bagian hahahaha....
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSiska akan muncul di chapter 10 dan 11
BalasHapusSetelah aku baca untuk kedua kalinya, rasanya tetap sama. Sama sama terjebak dengan cerita yg susah ditebak
BalasHapus