Putih yang menyamar Hitam-Chapter 10




Abangda Depo

 

~Rindu dan cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga tidak berpamitan saat akan pergi. Jadi, kuperingatkan untuk hati-hati!~

***

Rindu dan cinta tidak akan datang dengan kata permisi, juga tidak berpamitan saat akan pergi dan aku harus lebih hati-hati. Meski sudah mewaspadai, rindu itu membawaku dalam sengsara. Subuh ini pengusik itu datang lagi, aku menangis tanpa dalih. Pernah beberapa tanya muncul dalam pikiran. Mengapa ia selalu kembali? Sesak yang terasa semakin menjadi. Tidak bisa dikatakan semua akan baik-baik saja. Awal yang tidak tahu kapan berakhir, memang lebih menyedihkan dibanding kekosongan.

***

Pagi-pagi mata udah sembab aja, habis patah hati ya? Dasar betina, kicaunya saat berdiri di depan kelasku.

Sorry, haram bagi jomlo untuk patah hati! celotehku dengan nyaman, seolah  kesendirian ini patut mendapat tepuk tangan.

“Jomlo juga bisa patah hati, apalagi kalau yang disukai sudah punya kekasih. Spontan aku menggigit bibir bawah yang tidak kenapa-napa. Aku jadi teringat dengan Raka. Senior ini memiliki penerawangan yang kuat, tapi aku tidak jatuh hati pada dia yang sudah kusebut sahabat. “Temui aku setelah pulang kuliah, aku mau menikmati waktu denganmu lebih lama, lanjutnya sembari mengakhiri percakapan di pagi hari.

Ia berlalu laksana debu yang tertiup angin. Ada sesuatu yang melompat-lompat ketika aku mendengar ucapnya. Orang-orang sering menyebut ini rasa gembira. Tak penting apa itu, yang pasti bagiku sangat menyenangkan. Janji temu dengan senior tengil itu membuatku tidak lagi ingin menghindar.

*

Semua mahasiswa baru memang selalu bersikap payah. Itulah yang selalu senior katakan. Alasan mereka berucap demikian, hanya karena mahasiswa baru selalu kupu-kupu, alias kuliah pulang-kuliah pulang. Proses ini akan terjadi kurang lebih satu semester, walaupun ada beberapa yang akan tetap kukuh dengan pendiriannya sampai wisuda menghampiri.

Kini tinggal aku mahasiswa baru yang masih berada di lorong kelas. Sedikit merasa asing karena di sekelilingku hanya ada para senior. Mereka tidak mengusik sedikit pun, tapi aku merasa semua melirik ke arahku; seolah aku sedang tertuduh.

“Mana teman satu stambukmu?” sapa Bang Depo, sebagai sosok yang sedari tadi kucari.

Lah, tadi katanya denganku, bukan dengan teman satu stambukku! Masa iya aku salah dengar? Rasa percaya diri yang tadi timbul segera hilang ditelan kalap.

“Susah memang ngomong sama betina goblok. Sekarang temani aku sampai jam enam sore, pintahnya seolah memberi ganjaran, tapi aku yakin ini hanya akal-akalan.

Nggak mau!! Nesta mau pulang, kurang kerjaan banget nemani Abang! Jangan buat lagi bantuan kemarin sebagai alasan! Karena kalau gitu, aku nyesal udah dibantuin, repetku tidak peduli dengan segala konsekuensi.

Dasar junior durhaka, tidak tahu terima kasih! lirihnya tanpa melihatku sama sekali. Hela napas pun harus terjadi.

Aku sangat tidak suka ketika dikatakan tidak tahu terima kasih. Dengan berat hati perempuan ini memulai perjuangan untuk mengikuti kemauannya. Lelaki yang berada di sampingku itu hanya diam tanpa angkat bicara. Sepasang earphone putih terpasang pada kedua telinganya, tatapan hanya kosong ke depan. Manik liarku mulai memandangi wajah tampan. Sebuah simpul senyum mulai terbentuk. Saat kesadaran pulih kembali, aku masih tersenyum menatap tingkah laku sederhananya.

“Ngapain kau senyum-senyum? Mau disuruh nemanin aku seumur hidup!? komentarnya seraya membuatku ketakutan.

“Enggak, perasaan banget deh!” Coba kusembunyikan apa yang kunikmati barusan.

Earphone kembali terpasang, tatapannya mulai asyik lagi dengan lamunan. Aku tidak mau berdebat lebih panjang. Biarkan saja semua diam dengan angan masing-masing. Ketika sudah saatnya, waktu akan bertindak untuk memecahkan keheningan.

Ada sebuah rindu baru yang tahu tujuannya, yaitu Raka. Semenjak dunia kampus menyita waktuku, bertemu dengan Raka menjadi sangat jarang. Mungkin hanya tinggal sekali seminggu. Aku harus mulai terbiasa dengan rindu yang dari dulu tak pernah muncul.

***

Apa yang harus kulakukan ketika berada dalam keadaan menyulitkan ini? Ke mana kaki harus melangkah? Mulut tidak ingin bertanya, ia memilih tertutup rapat. Mata mulai memandangi sekeliling dan semua terasa sangat asing.

Hari ini aku tersesat saat pulang dari kampus. Terasa konyol memang, tersesat setelah hampir sebulan jadi mahasiswa. Di mana ingatanku? Apakah aku salah menaiki angkot? Hanya satu pilihan yang harus diputuskan, meminta bantuan pada Bang Depo. Sulit menjelaskan posisiku padanya. Bibir tetap bungkam tak ingin bertanya pada orang yang tidak dikenal.

“Kau memang betina goblok. Sudah sebulan kuliah tersesatnya baru sekarang!?” Amarahnya meledak dan membuatku jadi segan untuk bergerak.

“Aku sulit menghapal rute jalan, ungkapku penuh kejujuran.

“Kau nggak harus hapal rutenya. Cukup hapal nomor angkot dan tempat berhentinya. Lagian kaukan sudah dewasa, kalau tersesat bisa tanya sama orang di sekitar. Kalau tidak ada GPS di ponsel, mungkin riwayatmu akan tamat karena aku enggak akan bisa nemuin posisimu. Kau seharusnya dimuseumkan, semua orang perlu melihat betina langka sepertimu.” Bang Depo masih berkutat dengan omelannya yang tidak jelas.

 “Makasih Abangda, balasku pasrah. Ia pun berhenti mengomel dan hanya menarik napas panjang.

Aku memutuskan meminta bantuannya karena Raka pasti masih bekerja. Walau harus mendapat omelan yang menyakitkan, setidaknya tersesat ini sudah kelar. Selama perjalanan mengantarku pulang, kami berdua hening. Hanya suara sepeda motor halus yang bisa terdengar. Tidak terlalu banyak kendaraan yang lalu lalang. Ini sudah sangat larut malam. Bahkan Bibi sudah menelepon berulang-ulang, tapi tidak kuhiraukan. Cukup sebuah pesan yang kulayangkan untuk mengurangi kekhawatiran.


Komentar

  1. Kali ini aku g suka sifat Lia :(
    knp terus-terusan mau sakit karena patah hati lagi coba??

    BalasHapus
  2. Karena kamu tidak di posisinya. cinta membuat orang tidak berpikiran normal. cinta adalah misteri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh cinta kapan engkau akan menhampiriku?

      Hapus
    2. Dia akan menghampirimu pada waktu yang tepat. Tentu saja jika dia org yg tepat pula.

      Hapus
  3. Aku semakin penasaran dengan orang yg ditakdirkan Tuhan untuk aku cintai dan mencintaiku 😌

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Natal Berantai judul "Indahnya Natal di Hatiku"

Putih yang menyamar hitam-Chapter1

KehendakMu Baik-Evi Zai (Lirik lagu + motivasi rohani)