Putih yang menyamar Hitam-Chapter 11
Untuk lanjut Chapter 12, klik link di bawah ini:Teman Perempuan
~Mulai sekarang aku berteman dengan dua gadis magnet; si utara dan si selatan, saling mendekat ketika akan bergulat~
***
“Nesta pacaran sama Bang Depo?” Seorang gadis yang namanya masih sering terlupakan menghampiri dengan sebuah gosip murahan. Aku hanya mengerutkan dahi, tanda tidak mengerti yang terjadi. “Teman satu stambuk mulai membicarakan hubungan kalian,” ujarnya kemudian.
“Kami hanya dekat, bukan berpacaran!” dengusku dengan ketidaksukaan.
“Ya sudah, tidak perlu dipikirkan! Gimana kalau kita temanan?” tanyanya merubah topik pembahasan.
“Kita ‘kan memang teman,” jawabku apa adanya. Meski masih berdebat dengan pikiran untuk mengingat nama gadis yang di hadapan, sungguh aku menganggapnya teman.
Sudah sebulan lebih semenjak masa orientasi selesai, tapi aku tidak pernah bergaul secara berlebihan. Semua yang berada di kelas ini memiliki posisi yang sama di hati, teman berjuang meraih masa depan. Aku tidak terlalu niat untuk menjalin sesuatu yang lebih, hingga dia datang membuat penawaran.
“Iya sih, tapi biar lebih sah aja.” Senyumnya mengandung makna tersirat.
“Apa enggak mau sekalian pake surat pengesahan yang ditandatangani kedua belah pihak, lalu distempel oleh hukum dengan menggunakan materai 6000?” Nada bicaraku menjadi sangat cepat dan gadis bertubuh mungil itu hanya menggelak tawa. Apa menurutnya penuturanku aneh? Kan dia yang memulai!
Aku baru ingat, namanya Siska. Bentuk tubuh yang pas membuat ia semakin menawan. Jika aku seorang lelaki, pasti hati sudah berlabuh padanya. Rambut yang bergelombang semakin membuat wajah mungilnya terlihat cantik. Aku tersenyum mengingat permintaan pertamanya.
Setelah sejenak berpikir, mungkin perempuan imut ini ada benarnya, untuk sekedar berteman pun kita harus membuat sebuah kesepakatan. Hal ini akan sangat berguna sebagai tanda pengikat. Tidak akan ada yang merasa sepihak. Aku menyebutnya teman, begit pula dirinya padaku.
Seorang perempuan lain datang menghampiri aku dan Siska. Sepertinya ia tipe perempuan yang stylish. Dandanannya sangat menggugah, namun tidak terlihat norak. Pemandangan wanita dewasa yang sesungguhnya. Kami mulai memandangi langkah kaki yang akhirnya sampai di kami. Tanpa aba-aba ia langsung duduk di antara aku dan Siska.
“Apa aku boleh ikut gabung? Namaku Gema.” Tangan yang diulurkan menuntun kami berjabat. “Kau Siska dan kau emm… Nestapa ‘kan? Pacarnya Abangda Depo.” Senyumnya mengulum pertanda besar kepala karena mampu menghapal nama yang sebenarnya salah.
Apa orang tuaku sengaja membuat namaku Nesta, agar dapat dipanggil Nestapa? Tidak… tidak… selama 12 tahun berkecimbung di dunia pendidikan, baru Bang Depo dan Gema ‘lah yang tidak benar melafalkan namaku.
Setelah berjabat, manik hanya saling pandang tanpa menjawab pertanyaan perempuan yang berada tepat di tengah kami. Keadaan menjadi sangat canggung, hingga Siska memutuskan untuk bersuara.
“Namanya Nesta, bukan Nestapa. Lagian nggak usah nyebar gosip deh, mereka tidak pacaran.” Aku terkejut dengan ucapan Siska. Memang berita yang sedang naik daun itu tidak benar, tapi kenapa ia seolah ingin menghajar? Padahal tadi dia yang memulai percakapan kami dengan isu yang menyebar.
“Heh… aku enggak bicara sama kau! Nesta saja tidak marah,” lagaknya dengan kasar. Apa aku baru saja menemukan sepasang magnet yang bertolak belakang?
“Aku itu temannya Nesta, wajar aku membela!” Sikap songong Siska pun tak mau kalah. Aku bagai penonton yang menikmati pertunjukan drama.
“Bedanya cuma dua menit dan kau udah bisa berlagak pahlawan!?” Pertengkaran ini akan sulit usai.
“Ada yang mau kutraktir makan sebagai tanda pertemanan?” Kucoba melerai mulut-mulut yang berbahaya.
“ADA!” Ujaran yang cepat membuat mataku terpelongo, ke duanya sangat kompak. Mereka langsung berdiri dan berjalan ke luar kelas, tapi masih dengan posisi saling mengabaikan. Aku sebagai gadis yang tadi mengajak, malah ditinggal di belakang.
Kuhela napas panjang lalu akhirnya hati turut dengan mereka. Ternyata mulai sekarang aku berteman dengan dua gadis magnet; si utara dan si selatan, saling mendekat ketika akan bergulat. Apa menurut mereka aku juga aneh? Jika ternyata iya, maka kami adalah tiga gadis aneh yang memutuskan untuk berteman.
https://sastradankarya.blogspot.com/2020/04/putih-yang-menyamar-hitam-chapter-12.html
"Aku ada meski jauh darimu. Berjarak bukan berarti berpisahkan?” Ini memang kalimat yang bagus dalam keadaan saat ini :( Tapi apa itu benar adanya?
BalasHapusSiapa yang tahu? tidak ada yang benar-benar pasti di dunia ini.
HapusAku juga benci perpisahan 😫😫
BalasHapus