LOVE

Aku masih asyik dengan pikiranku sendiri, menikmati secangkir teh hangat yang nikmat. Meniup, lalu menyeruput dengan sangat hati-hati. Pandangan mengarah pada pepohonan yang ada di depan mata, sangat rimbun dan menyebabkan udara semakin lembab juga dingin. Aku membungkukan tubuh seolah sedang mendekap diri sendiri. Apa rasanya jatuh cinta? Pertanyaan ini kini sering menyusup tanpa diduga-duga. “Deira, kenapa kamu begitu terlihat sangat tenang? Apa kamu tidak sedih?” “Sedih, sangat sedih.” Kuseruput kembali minuman hangat yang tinggal setengah, kulayangkan pikiran pada pertanyaan yang sudah-sudah. “Dei,” panggil Gino dengan sangat lem...