PESONA LELAKI MUNGIL
“Enggak normal sih kau Yo,” komen Intan dengan raut jijik.
“Cari cowok itu yang tinggi, putih, ganteng, cool, yang ala-ala Army dan BTS. Biar
bisa memperbaiki keturunan!” sambung Jeni yang seorang K-Popers.
“Beda orang, beda selera,” belaku dengan bangga.
“Ya tapi nggak cowok pendek juga Yo-ri. Kayak nggak ada
tipe cowok lain aja. Kalau cowok suka cewek pendek itu wajar, kalau sebaliknya
itu nggak normal!” Intan masih saja tidak terima dengan apa yang kuimpikan.
“Cowok pendek itu imut tahu,” belaku lagi.
“Tapi nggak ada yang ngalahin keimutan Jin,” sahut Jeni
yang masih tergila-gila dengan personil BTS.
“Entar kalau selera kita sama, bisa-bisa aku jatuh cinta
sama pacarmu.” Aku seolah mengkhayalkan sedang bersanding dengan Bina, pacar
Intan sejak sama SMA.
Intan langsung menatapku tajam, aku tahu ia tipe pacar
yang cemburuan. “Terserah kau lah!” Kini ia benar-benar menyerah.
Kami lanjut menyibukkan diri dengan tugas kelompok yang
akan dipersentasikan besok. Setiap orang sudah mendapat bagian dan syukurlah
kami bisa memilih sendiri anggota kelompok, dengan begitu aku bisa bekerja sama
dengan teman-teman dekatku. Sembari meneruskan kegiatan mencari jurnal yang
relevan, anganku melayang pada seseorang.
Namanya Jer Anosa Syahputra. Sejak pertama kali
melihatnya di kampus, aku sudah jatuh cinta. Tidak ada yang istimewa dari Nosa,
selain badannya yang mungil. Sebenarnya tidak terlalu mungil, hanya saja tinggi
badanku yang berlebih lima senti. Satu lagi, senyumnya selalu merekah dengan
indah. Sangat aneh rasanya ketika ada yang mengatakan Nosa tidak menarik.
Sebenarnya aku tidak pernah setergila-gila ini dengan
lelaki berbadan mungil. Aku bertumbuh dewasa dan seingatku semasa SMA lelaki
yang kusukai berbadan tinggi semua. Namun, kami tidak pernah menjalin hubungan
lebih dari seorang teman dan aku menikmati semua masa indahnya. Tak perlu
memiliki untuk bisa mengagumi kan?
Setelah tamat SMA, ada beberapa kejadian yang tanpa
sengaja menanam trauma di hati dan pikiranku. Di depan mata, aku melihat
pertengkaran rumah tangga yang begitu hebat. Suaminya begitu kasar dan bulu
kuduku naik semua. Tanpa pikir panjang, tangannya melayang memukuli istrinya
yang mulai kehabisan daya. Tidak hanya terjadi sekali dua kali, tidak hanya
terjadi di satu keluarga. Aku menyaksikannya di beberapa rumah tangga. Aku sempat
takut untuk menikah, membanyangkannya saja aku suda tidak mau, tapi aku sadar
ini bukan jawaban.
Menikah dengan lelaki yang memiliki badan tidak terlalu
jauh denganku, membuatku merasa aman. Ini memang bukan jaminan, tapi setidaknya
ini bisa mengurangi rasa takutku yang berlebihan. Jika suatu hari kami
bertengkar, aku akan memiliki keberanian untuk melawan. Walau pada kenyataannya
tenaga pria tidak bisa dibandingkan dengan tenaga wanita. Aku memang akan tetap
kalah soal fisik, tapi keberanian aku pasti tidak akan tinggal diam.
Tidak berlangsung lama, alasan utamaku menyukai lelaki
berbadan mungil beralih ketika kusadari ada yang berbeda dari mereka. Bukankah
mereka sangat imut dan menggemaskan? Kalau mereka ngambek, kesannya seperti
membujuk adik sendiri. Aku juga lebih suka memeluk boneka kecil daripada boneka
besar yang menyesakkan pernapasan. Dengan mudah aku bisa mengelus rambutnya,
merangkulnya sesekali dan kalau suatu hari ia sakit barangkali aku bisa belajar
menggendongnya. Terlihat sangat ingin dominan ya? Ah tidak apa-apa, mungkin
selera kita saja yang berbeda. Lagipula, jika semua perempuan menikah dengan
pria tinggi, siapa yang akan berjodoh dengan pria mungil? Sayang sekali jika
mereka harus disia-siakan.
Nosa? Aku belum bisa menarik perhatiannya. Mungkin ia
merasa minder karena tinggi badannya. Mungkin baginya kedekatan kami sebatas
lelucon, karena ia tidak sadar bahwa aku memilikis selera yang bagus dan unik. Jika
aku nyatakan perasaan, ia akan menganggapku sedang mengejek. Lagipula lebih
baik jika seorang adiklah yang memohon pada kakaknya. Tunggu saja, aku akan
membuatnya tak tahan menyatakan cinta padaku. Aku akan terus berlari di
kepalanya.
Nosa, sampai berjumpa dalam sebuah ikatan yang melebihi
pertemanan.
Komentar
Posting Komentar