Penulis pemula Part 1-Kesalahan Umum
Kaidah kepenulisan dasar untuk penulis fiksi pemula-Part 1
Sebagai penulis pemula, masih banyak yang sering melakukan kesalahan dalam penggunaan kata dan aturan tertentu. Bukan tidak paham akan kaidah yang telah ditentukan, tapi penulis cenderung fokus pada isi cerita saja dan melupakan unsur penting lain. Memang hal tersebut tidak menjadi masalah besar, tapi agar hasil tulisan lebih berkualitas, sebaiknya gunakan kaidah yang benar. Akan sangat disayangkan jika konten cerita yang sangat bagus, tapi penampakan tulisan masih berantakan. Pembahasan yang saya buat kali ini berdasarkan kebiasaan beberapa penulis pemula di platform penampung karya (seperti platform yang saya gunakan saat ini ialah @kwikku).
Note: Karyaku memang fiksi, tapi hasilnya harus sesuatu yang pasti!
1. Penggunaan kata (di dan ke)
a. Jika diikuti oleh kata kerja, maka tidak perlu menggunakan spasi. Contoh: dimakan, dibuang, disewakan, kehilangan, kelupaan, kekanak-kanakan, dsb.
b. Jika diikuti oleh kata tempat, maka harus menggunakan spasi. Contoh: di sana, di mana, di situ, di rumah, di luar, ke mana, ke sawah, ke dalam, ke halte, dsb.
Note: Perhatikan! Ada beberapa kata tempat yang bisa menjadi kata kerja, jadi tidak perlu dipisah. Contoh: dirumahkan, dijalankan, dsb.
2. Penggunaan kata (dan, namun, tapi/tetapi)
a. Hindari penggunaan kata ‘dan’ pada awal kalimat. Misalnya; Dan setelah aku pikir-pikir, semua harus segera diakhiri. (masih salah)
Jadi, usahakan tidak membuat kata ‘dan’ pada awal kalimat. Carilah kalimat lain yang dapat dijadikan solusi, contoh: Jadi, setelah aku pikir-pikir, semua harus segera diakhiri. (sudah benar)
b. Hindari juga penggunaan kata ‘tapi’ pada awal kalimat. Penggunaan kata ‘tapi’ adalah fungsi penghubung yang berada di tengah kalimat. Misalnya: Aku sudah berjalan ke seluruh sudut kota, tapi tetap tidak kutemukan dia. (sudah benar)
Jika terpaksa menggunakan di awal kalimat, sebaiknya gunakan kata ‘Tetapi atau Namun’. Misalnya: Aku bisa membuat semuanya berjalan dengan lancar, aku bisa membuat semua terlihat baik-baik saja, semua terlihat begitu sempurna. Namun, aku merasa ada yang kurang, ada yang hampa jauh di dalam. (sudah benar)
3. Penggunaan dialog pada cerita
a. Huruf kapital pada dialog. Meskipun dialog berada dalam tanda kutip (“…”), tapi awalan kalimat tetaplah harus menggunakan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca yang sesuai dengan situasi pengucapan maupun nada pengucapan.
Salah : “aku belum siap menikah denganmu” Laras berlari meninggalkan pacarnya.
Benar : “Aku belum siap menikah denganmu!” Laras berlari meninggalkan pacarnya.
b. Dialog tag merupakan frase yang menginformasikan identitas si pengucap dialog. Misalnya: “Aku tidak mencintaimu lagi,” ucap Sarah dengan tegas. (sudah benar)
“Aku tidak mencintaimu lagi.” Ucap Sarah dengan tegas. (masih salah)
Mengapa bisa salah? Dalam penggunaan dialog tag, hanya boleh diperkenankan menggunakan tanda baca koma, seru dan tanda tanya. Jadi, tidak boleh diakhiri tanda baca titik, serta awalan frase harus menggunakan huruf kecil.
Salah: “Aku mau makanan itu!” Seru Dina dengan manja. (kata ‘Seru’ merupakan awalan frase)
“Biarkan saja ia pergi.” Sahut Ayah tenang.
“Kumohon cucilah dahulu pakaianmu!” Mohon Ibu pada Kakak.
Benar: “Aku mau makanan itu!” seru Dina dengan manja.
“Biarkan saja ia pergi,” sahut Ayah tenang.
“Kumohon cucilah dahulu pakaianmu!” mohon Ibu pada Kakak.
Note: Contoh dialog yang bukan dialog tag
· Jika kata kerja (seru, jawab, sambut, kata) berada pada susunan kedua. Misalnya: “Aku mau makanan itu!” Dina berseru dengan manja.
· Jika kata kerja (seru, jawab, sambut, kata) memiliki tambahan imbuhan. Misalnya: “Aku mau makanan itu!” Seruan Dina terdengar manja.
c. Penggunaan tanda titik-titik pada akhir dialog
Sering kali untuk membuat kalimat yang terputus (bukan dialog yang dipotong) atau menandakan akhir kalimat yang cukup panjang, penulis membuat titik-titik saja. Namun, bagaimana sebenarnya penulisan yang tepat?
Salah: “Sudah kubilang berulang kali. Aku sudah lelah…” Rautnya terlihat tak berdaya.
Benar: “Sudah kubilang berulang kali. Aku sudah lelah….” Rautnya terlihat tak berdaya.
“Aku akan berhenti mulai besok dan kuharap…,” ungkap lelaki itu ragu.
“Aku berharap kau pergi…!” Ia pun mulai terlihat ngos-ngosan.
Note: Gunakan 4 tanda baca, yaitu 3 titik dan diikuti tanda baca lain yang mempertegas tanda baca dialog.
d. Penggunaan tanda titik-titik pada pertengahan dialog atau kalimat.
Biasanya digunakan untuk membuat dialog yang terbata-bata atau untuk membuat kesan terdiam yang cukup lama akibat kurang yakin akan ucapannya, ragu, dsb.
Misal: “A… aku sudah tidak bisa menemanimu lagi,” ungkapnya dengan ragu. (Benar)
Jadi, berikan tiga titik dan berikan spasi, lalu lanjut kalimat yang ingin dibuat dengan huruf kecil karena masih satu kalimat.
Note: Beda lagi jika ingin membuat dua kalimat, maka harus dimulai kembali dengan huruf besar, tapi ada empat tanda baca.
Misalnya: “Aku mau kita…. Sudahlah lupakan, sebaiknya kita segera makan siang!” Yogi mengalihkan topik pembicaraan karena belum yakin dengan keputusan.
Note: Tidak berlaku untuk akhiran quotes maupun puisi (Jadi pada 2 karya ini cukup menggunakan titik-titik sebanyak 3)!
4. Penggunaan tanda baca yang sering salah pada dialog
Nah, ini juga masih beberapa hal yang sering aku dapati mengalami kesalahan oleh penulis pemula. Apa saja contohnya? Berikut ini:
“Aku akan berusaha lebih keras lagi”, ungkap Cece dengan serius. (Salah)
-Senna Simbolon-
Komentar
Posting Komentar