SATU-SATU

 By Mimae


Sebuah sticky notes tiba-tiba tertempel di layar komputer Wina. Wina tahu pemilik tulisan tangan itu. Karin. Wina menatap ke arah Karin yang sedang menunggu balasan dan Wina memberi isyarat dengan menganggukkan kepala. Dari seberang meja, Karina tampak bersemangat sambil mengacungkan jempol.

Tiga puluh menit lagi. Wina merapikan pekerjaannya yang sudah selesai. Kemudian menyisihkan dokumen-dokumen lain yang masih tertunda. Karina pasti melihat Wina yang gelisah hari ini karena itu ia mengajaknya untuk melihat sunset. Kebiasaan yang selalu mereka lakukan ketika pikiran sedang kacau.

"Kamu kenapa hari ini? Lagi ada yang dipikirkan?" ujar Karina sambil menyodorkan minuman pada Wina.

"Rin, aku kayaknya pengen resign aja, deh."

"Kenapa kok tiba-tiba?" Karina tampak terkejut dengan pernyataan Wina barusan.

"Aku merasa nggak cocok aja kerja di bidang ini. Aku kurang kompeten," keluh Wina seolah tak berdaya akan keadaan.

"Jadi solusinya resign?"

"Bingung ahh! Satu sisi sebenarnya aku suka kerja di sini. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba pikiran itu muncul di kepalaku."

"Kamu lagi burnout aja, Win. Enggak apa-apa. Wajar kok, kerjaan kamu emang lagi banyak banget sekarang. Makanya supaya pikiran kamu nggak makin mumet sendiri, aku ajak kamu ke sini. Bentar lagi mataharinya udah mau turun, tuh! Jingga kesukaan kamu sebentar lagi bakalan muncul." Sambil menunjuk langit yang tepat di hadapan keduanya.

Wina memandangi langit di sekelilingnya. Ia di bawah bentangan angkasa yang begitu luas itu. Merasa kecil dan tidak berdaya. Namun, setiap kali melihat senja mewarnai semesta, Wina selalu mendapat kekuatan untuk tetap bertahan. Isi kepalanya yang riuh selalu mengalah pada keindahan ini. Keindahan yang tidak pernah sanggup Wina gambarkan dengan kata-kata. Senja kesukaannya.

Karina membiarkan Wina yang terpaku, terhanyut pada lamunan dan isi pikirannya. Terkadang ketika pikiran sedang kalut, kita hanya butuh ruang sendiri bersama segala kegelisahan itu. Dengan itu, kita bisa menata kembali satu-satu masalah yang sedang hinggap. Sekalipun terlihat seperti benang kusut, kita bisa menemukan jalan keluarnya.

Tidak semua masalah harus selesai sekaligus, tapi satu-satu kita bisa pilih mau selesaikan yang mana dulu. Satu-satu saja. Mulai dari yang paling mudah dulu, yaitu menenangkan pikiranmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Natal Berantai judul "Indahnya Natal di Hatiku"

Putih yang menyamar hitam-Chapter1

KehendakMu Baik-Evi Zai (Lirik lagu + motivasi rohani)