KEGAGALAN

              


 
Bagi kebanyakan pejuang masa depan, kegagalan adalah waktu untuk pemberhentiaan. Berhenti mencari jati diri, berhenti belajar banyak hal, berhenti memimpikan keberhasilan dan kini saatnya membangkitkan keputusasaan; berpikir lebih baik pasrah dengan keadaan. Bagai berjalan di gelapnya malam tanpa tujuan yang mengarah pada kemenangan. Satu atau beberapa kekalahan membendung air mata penyesalan.

            Kegagalan kerap terjadi akibat salah membuat keputusan yang pada akhirnya memunculkan kata ‘seandainya’. Orang-orang lupa, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ketika beberapa impianmu harus terkubur dalam, membangkitkan impian baru bukanlah sebuah larangan. Kehancuran tidak terjadi karena beberapa keputusan yang salah, kehancuran terjadi karena terlalu meratapi kehilangan atas sesuatu yang sudah kita harap memberikan hal besar.

            Hidup bukan tentang kecepatan, tapi ketepatan.

            “Kamu mah enak ngomong doang, yang ngerasainkan aku!” keluh Fika saat aku memberi motivasi agar ia tidak menyerah.

            “Iya sih, mungkin kalau aku jadi kamu, aku malah lebih hancur berantakan,” balasku sambil tersenyum dan memberi elusan hangat di pundak.

            Aku tidak bisa memberi kata-kata lebih yang membangkitkan sensasi. Setidaknya, sebagai seorang sahabat telah kucoba menjadi pendengar dan penasehat. Untuk keputusan selanjutnya, Fikalah pemeran utamanya.

            “Kalau ngelihat story orang-orang, hidup rasanya enggak adil ya.” Ia melamun memandang mawar putih yang terlihat segar di dalam pot. “Mereka bisa dapat pacar yang bucin plus kaya raya, orang tua yang perhatian dan tidak menjatuhkan mental, prestasi dan karir yang menjamin masa depan, teman yang sefrekuensi dan enggak toxic.”

            “Itu ma gampang banget Fik!”

            “Ada caranya!?” Mata yang melotot menandakan keinginan yang kuat.

            “Banyak kok dijual di Shopee, beli aja di situ.”

            “Manda, aku lagi serius malah bercanda! Mereka kayak enggak punya beban sama sekali, sementara aku penuh kegagalan.” Ekspresi berubah jadi merengut dan kembali dalam lamunan.

            “Kalau lihat kehidupan orang, emang enggak akan ada habisnya. Terlalu fokus dengan keberhasilan mereka akan membuat kita lupa membangun kebahagian diri sendiri.”

            “Terus aku harus gimana Manda. Mencoba lagi, terus gagal lagi, sedih lagi, hancur lagi? Gitu aja terus sampai dunia  kiamat. Lagian aku juga malu, jika terus-terusan memulai dari awal tanpa pernah sampai pada puncak kemenangan. Seandainya aku ngikutin saran orang tuaku.”

            Fika hidup dalam keluarga sederhana, tidak terlalu berprestasi dalam ilmu eksakta maupun bahasa, selalu gagal dalam hubungan cinta, dimanfaatkan banyak teman dan kini sedang hancur lebur oleh karir yang sudah lama didambakan. Bagai ingin menyerah tapi tak bisa.

“Setidaknya mentalmu akan tetap waras di tengah beratnya kegagalan. Kamu sudah berjuang dengan sangat keras, bukan keputusanmu yang salah, tapi kemenangan besar masih tersimpan di waktu terbaiknya Tuhan.”

“Semoga saja.” Suara keputusasaan memberi jawaban.

“Fika, gagal bukan berarti tidak diijinkan mencoba lagi. Saat ini yang hancur hanya perencanaanmu, bukan masa depanmu. Percayalah, suatu hari aku akan melihatmu di titik terbaik versi dirimu. Sekalipun nanti keputusanmu yang baru masih memberi kegagalan, jangan pikirkan untuk menyerah. Karena menyerah hanya untuk orang-orang lemah. Apa Fikaku lemah!?”

“Siap, tidak!” Kami tertawa seolah jalan keluar telah hadir dengan nyata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Natal Berantai judul "Indahnya Natal di Hatiku"

Putih yang menyamar hitam-Chapter1

KehendakMu Baik-Evi Zai (Lirik lagu + motivasi rohani)