Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

PUDAR

  By Senna Simbolon           Aku mengerutkan dahi ketika sebuah notif pesan WA masuk ke ponselku. Perasaan bingung dan tanya mulai bergantian memasuki kepala. Mengapa belakangan lelaki ini mulai sering memulai komunikasi denganku, selalu ingin bertemu, dan bercandanya seperti kebiasaan para lelaki yang sedang mencoba mendekati wanitanya. Bukan, aku bukan membencinya atau tidak menyukai perlakuannya sekarang, hanya saja itu cukup aneh bagi kami yang sudah berstatus sebagai mantan. Apalagi aku tahu betul dia sangat tidak suka kalau aku membahas soal hubungan sebelumnya, ia akan berkata aku sangat suka hidup di bayang-bayang masa lalu.           Setelah berpisah aku tahu bahwa kami masih saling mencintai, namun untuk Kembali itu bukan pilihan yang terbaik saat ini. Sebelumnya aku selalu menunjukkan padanya betapa aku sangat mencintai dan masih menginginkannya, tapi sepertinya ia tidak menyu...

AKHIR YANG BERBEDA

 By : Senna Simbolon “Hah!? Iya kenapa?” tanyaku berulang saat telinga menangkap jelas panggilan yang sudah lama tak kudengar. Hatiku bergetar seakan ada yang belum usai, padahal berjam-jam yang lalu semua tampak baik dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku masih belum percaya apa yang keluar dari mulut manisnya. “Aku bilang kita naik ke lantai dua!” teriaknya sedikit kencang. “Ah iya, maaf!” Aku mendesir kikuk, sembari menaiki escalator secara perlahan. Ternyata telingaku sedang bermasalah, ia sama sekali tidak menggunakan panggilan sayang itu lagi. Aku harus sadar, semua telah berubah, ceritanya sudah usai sejak tiga bulan lalu. Adegan aku yang masih tertinggal di belakang, kugunakan untuk memukul-mukul kepala, aku berharap dia tidak menyadari kesalahan yang kulakukan barusan. Tolol sekali! Meski ia telah mengulang kata ‘naik’ sebanyak empat kali, indra pendengarku masih lebih senang memanipulasinya ke kata yang paling kurindukan sejak lama. Sepanjang sore itu, aku dia...

KISAH KESEKIAN KALINYA

Gambar
by Senna Simbolon  Walau dengan gaun putih dan heels , aku tetap berlarian kecil di salah satu mall kota Bekasi. Sambil memasang anting yang berwarna senada, sesekali langkah dipercepat. Aku melihat jam di ponsel yang sudah menunjukkan pukul 18.30 menjelang malam. Aku sudah terlambat setengah jam, sungguh di luar kebiasaanku. Sebuah restoran bernuansa ungu mulai kelihatan jelas, aku makin bersemangat meski remang-remang ikut menaungi sekitar. Saat tepat di depan pintu, langkah kaki berhenti sejenak, tarikan napas tanda persiapan kekuatan. Mata liar mulai menyusuri setiap sudut ruangan, aku menemukan dirinya di sana. Lelaki itu menggunakan kemeja putih casual . Jantung berdegub kencang, kali ini tarikan napas terjadi tanpa diperintah. Senyum penantian mulai terlihat jelas di sana. Kuhampiri sembari menggenggam erat tali tas yang terbuat dari bulatan-bulatan besi kecil. “Silahkan duduk!” ucap lelaki berkulit sawo matang seraya mempersiapkan dudukan untukku yang masih berusaha ...

Putih yang menyamar Hitam-Chapter 32 (END)

Gambar
  Tingkat Kehidupan   ~Aku akan menangis ketika aku lelah. Bukan untuk menunjukkan aku lemah, apalagi mendorongku agar menyerah. Aku akan menangis untuk meyakinkan hati bahwa aku bisa. Bisa mengatasi semua~ *** Satu persatu masalah pun akhirnya selesai. Bukan berarti takkan ada lagi persoalan yang akan menghampiri. Aku hanya merasa senang telah mampu bersikap dewasa untuk semua kejadian yang menimpa. Ini akan menjadi bekalku untuk memecahkan tantangan baru yang telah menanti di ujung waktu. Cepat atau lambat satu demi satu akan datang lagi, menguji lagi, memberi kesulitan lagi dan kemenangan akan kuraih. Hidup bukanlah tentang bagaimana aku bahagia tanpa adanya derita. Hidup adalah kemampuan menghadapi kepahitan yang mendera. Rasa bangga karena ternyata aku telah melewati semua. Sekarang aku sungguh paham. Menangis memang tidak akan mengubah apapun, tapi mampu memberikan kelegaan. Aku akan menangis ketika aku lelah. Bukan untuk menunjukkan aku lemah, apalagi mendor...

Putih yang menyamar Hitam-Chapter 31

Gambar
  Penobatan Sahabat   ~Keadaanku jauh lebih baik, setelah ia memilih untuk tidak berbalik~ *** Sekitar lima bulan setelah perjumpaan dengan Bunda (08 Maret 2020). “Aku sudah kembali dan tidak akan pergi lagi!” “Aku tidak berharap kau selalu menetap. Lakukan apa yang ingin kau lakukan! Aku sudah cukup dewasa untuk menghargai setiap keputusan.” Aku tersenyum memberi tahu isi hatiku. “ Drama Queen ,” ejek Siska karena kata-kata kami yang terlalu serius. “Udah deh, enggak usah ikut campur!” bentak Gema. Masih sama seperti yang dulu, perang mulut akhirnya dimulai.   Saat memperhatikan mereka dengan perasaan haru, getaran di ponselku   berkali-kali minta diladeni. Ternyata pesan dari teman spesial di zaman SMA. Aku membalas dengan singkat karena ingin quality time dengan sahabat. Ia akan mengerti karena pertemuan ini sangat penting bagi kami. *** Sekitar lima bulan lalu (28 September 2019).      “Ternyata aku masih secantik yang ...

Putih yang menyamar Hitam-Chapter 30

Gambar
  The Choice   ~Mengikhlaskan adalah cara paling ampuh untuk berdamai dengan diri sendiri. Bukankah dendam adalah cara tercepat untuk bunuh diri?~ *** Berbagai persiapan telah selesai dengan matang. Liptint dan pensil alis yang tergores tipis memberikan kesan natural dan semua begitu sempurna. Kuhela napas sebanyak dua kali saat layar ponsel mulai disusupi pesan masuk dan sebuah panggilan yang tidak berniat kuberi jawab. Segera kumasukkan ponsel ke dalam tas sandang kecil, mengunci kamar dan melangkah pasti ke arah teras. Ini demi memantapkan hati. “Apa kau sudah menunggu lama?” Pita suara coba membuka percakapan pertama. Kukenakan flat shoes berwarna coklat gelap dan segera berdiri lalu mengusap celana jeans yang mungkin tertempel beberapa butiran debu. “Baru nyampe kok,” ujarnya dari atas sepeda motor. Kuambil posisi diboncengan, semoga saja jantungku tidak berdebar terlalu keras. Itu bahaya bila telinganya mendengar. Karena sudah tidak sabar meluncur, Raka ...

Putih yang menyamar Hitam-Chapter 29

Gambar
  More Time   ~Setiap manusia akan berubah seiring berjalannya waktu. Begitu juga denganku, boneka kelinci hanya bagianku dari masa lalu~ *** Setelah mengantin pakaian, tampaklah lutut yang lecet dan berdarah. Sakit makin terasa kala terkena udara. Semakin kaku dan perih. Bibi mengambil air dan obat merah. Sementara sibuk dengan luka, kami meninggalkannya di ruang tengah. Bibi mulai menceritakan semua yang telah terjadi dengan rinci. Walau meringis, aku tetap mendengarkan dengan teliti. Perempuan yang dahulu aku panggil Bunda adalah jawaban dari semua penantian panjang. Tanpa sepengetahuanku, Bunda sering datang dan coba menemuiku di kampung. Mamah terus pada api kebencian yang menyala-nyala. Selalu saja Bunda terusir dengan paksa. Sedangkan Papah tentu lebih membela istri tercinta. Alfan menjadi saksi bisu dari setiap perjuangan Bunda untuk berjumpa denganku. Mamah semakin tidak memperdulikan apapun lagi. Di pikirannya, hanya bagaimana agar aku tetap tersembunyi. ...

Putih yang menyamar Hitam-Chapter 28

Gambar
  Jawaban Rindu   ~Orang yang selalu menghindar pasti punya rahasia yang tidak ingin diumbar~ *** Plakkk… “MAMAH STOP !!” Aku berlari menarik Mamah yang terlihat beringas membantai mangsa. Apa yang sedang terjadi kali ini? Kenapa Mamah bisa sampai di rumah Bibi? Siapa perempuan yang sedang menjadi akar keributan ini? Tatapan yang seolah pasrah, membawa tangisnya pecah tanpa berbuat apa-apa. Bahkan tamparan kasar tadi tidak membuat pita suara bekerja. Untuk menyaksikan inikah aku di sini? “Biar Nest, biar dia rasain sakit hati Mamah!!” semburnya menyala-nyala. “Aku kecewa Melani! Untuk apa kau bawa perempuan itu ke sini? UNTUK APA…!?” teriak Mamah pada Bibi, sambil terus berusaha meraih perempuan yang tadi ditampar. Mamah mulai ngos-ngosan setelah pertengkaran itu kuhentikan. Napas pun tersenggal, mata melotot serasa ingin keluar. Sudah seberapa jauh pertikaian ini terjadi? Mengapa Mamah bertingkah sangat sadis? “Aku hanya ingin Nesta tidak menderita lagi.” Pe...